I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Tanah merupakan
hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur yang unik dan terdiri dari
lapisan-lapisan atau horizon-horizon yang berkembang secara genetik. Proses-proses pembentukan tanah atau
perkembangan horizon dapat dilihat sebagai penambahan, pengurangan, perubahan,
atau translokasi. Tanaman dan hewan
memperoleh lingkungan pada semua jenis tanah, menjadi bagian dari bahan
organik.
Manusia tergantung pada tanah dan
sampai batas tertentu tanah yang baik tergantung pada manusia dan
pengelolaannya. Tanah adalah tubuh alam
dimana tumbuhan dapat hidup. Manusia
menikmati dan menggunakan tumbuhan karena keindahannya dan karena manfaatnya
untuk dimakan. Juga tingkat hidup kerap
kali ditentukan oleh kualitas tanah dan oleh jenis serta kualitas
tumbuh-tumbuhan yang tumbuh dan juga hewan-hewan yang hidup di atasnya.
Pada dasarnya tanah itu terdiri atas
beberapa lapisan yang dinamakan horizon.
Di atas bahan induk deretan horizonnya disebut solum, sedangkan seluruh
penampang tanah disebut profil tanah, yang mana menunjukkan adanya
lapisan-lapisan horizontal yang disebut horizon-horizon tanah.
Tanah menunjukkan adanya
lapisan-lapisan yang menunjukkan adanya perbedaan sifat-sifat pada berbagai
kedalaman tanah. Mulai dari atas sampai
ke bawah hingga bahan induk atau lahan yang belum lapuk. Penampang vertikal dari
tanah dinamakan profil tanah. Profil tanah menunjukkan adanya lapisan-lapisan horizontal yang dinamakan horizon-horizon tanah. Dimana yang dimaksud horizon tanah adalah lapisan tanah yang hamper sejajar dengan permukaan bumi.
tanah dinamakan profil tanah. Profil tanah menunjukkan adanya lapisan-lapisan horizontal yang dinamakan horizon-horizon tanah. Dimana yang dimaksud horizon tanah adalah lapisan tanah yang hamper sejajar dengan permukaan bumi.
Berdasarkan uraian diatas, maka
dilakukan pengamatan secara langsung di lapangan untuk mengetahui dan mengamati
dengan jelas proses dan ciri-ciri tanah tertentu dan mengenal lebih jauh jenis
tanah tersebut.
1.2 Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan praktikum
ini adalah untuk mengetahui dan mengamati secara langsung kimia tanah dan biologi tanah Oxisol dan tanah Vertisol.
Kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan informasi dalam menunjang pengetahuan tentang jenis
tanah Oxisol dan Vertisol.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Tanah
Dalam rangka
penelitian tanah, kadang-kadang di perlukan deskripsi (penyifatan) profil
tanah. Dari pengamatan sifat-sifat tanah
di lapangan serta di sokong oleh hasil analisa contoh tanah di laboratorium
yang diambil dari tiap horizon di dalam profil, maka dapat ditentukan jenis
tanahnya. Tiap jenis dan tipe tanah
memiliki ciri khas yang dipandang dari sifat-sifat fisis maupun kimianya (Hakim,dkk,1986).
Jika memotong tanah secara melintang, yang mula-mula kita dapati
adalah lapisan mendatar. Irisan semacam ini disebut profil dan lapisan yang
terlihat itu masing-masing disebut horizon. Horizon-horizon di atas bahan induk
ini seluruhnya disebut solum. Tiap
tanah berkembang dengan baik dan masih keadaan asli mempunyai sifat-sifat
profil yang khas. Sifat-sifat ini dipakai dalam klasifikasi dan survey tanah
dan sangat besar manfaatnya. Untuk menentukan pendapat tentang tanah,
sifat-sifat profil tanah perlu diperhatikan sebagai pertimbangan dalam menentukannya (Buckman
dan Brady,1982).
Pengenalan profil tanah secara
lengkap meliputi sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari
proses pembentukan dan kualifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta
kemungkinan pengelolaan yang lebih erat dan tepat (Foth,1994).
Horizon tanah merupakan suatu
lapisan tanah yang hampir sejajar dengan permukaan bumi yang merupakan hasil
evolusi dan terdapat perbedaan sifat-sifat diantara horizon-horizon yang
berbatasan. Tanah yang berkembang
di bawah tanaman rumput-rumputan mempunyai horizon A yang tebal dan berwarna
gelap akibat pertumbuhan akar yang lebat sampai kedalaman tertentu. Di dalam hutan, penambahan bahan organik
sebagian besar dari daun-daun dan batang (Foth,1994).
Terdapat sejumlah pori di dalam
tanah, dimana ruang pori ini penting oleh karena ruang pori terisi oleh air dan
udara yang bergerak melalui ruang pori-pori.
Penyediaan air dan oksigen untuk pertumbuhan tanaman dan jumlah air yang
bergerak melalui tanah berkaitan erat dengan jumlah dan ukuran-ukuran pori-pori
tanah. Berat dan ukuran pori-pori tanah
bervariasi dari satu horizon-horizon lain.
Sama halnya dengan sifat tanah lainnya dan kedua variabel ini
dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah.
Porositas tinggi kalau bahan organik tinggi. Tanah yang granuler atau remah mempunyai
porositas tinggi daripada tanah dengan struktur massive (Hakim,dkk,1986).
2.2 Tanah Oxisol
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah
tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi
tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16
me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan
pengamatan di lapang, tanah ini
menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning),Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning (Sarief,1985).
menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning),Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning (Sarief,1985).
Oxisol
menduduki rangking kelima di bumi, golongan ini berasal dari bahasa Prancis,
Oxide yang berarti Oksida. Semua tanah yang memiliki horizon oksida, tergolong
oxisol.Oxisol menurut system klasifikasi tanah 1949 meliputi tanah lateritik,
Lastosol, dan laterit air tanah (Ground Water Laterite).
Sub-order dari tanah oxisol
adalah sebagai berikut:
1) Aquox, Aqua + ox isol,
berasal dari Latin Aqua, air. Khas hubungannya dengan perariran.
2) Humox, Hum us + ox isol,
dari kata Yunani, Humus, bun
Artinya: Oxisol yang
mengandung bahan organic
3) Orthox, Ortho os + ox
isol, orth dari bahasa Yunani; ortho benar. Artinya oxisol biasa
4) Ustox, ust us + ox isol,
Ust dari bahasa Latin ustus, terbakar. Oxisol terdapat pada region iklim
kering, biasa musim panas yang kering.
5) Torrox, torr idus + ox
isol. Torr berasal dari bahasa Latin torrid us, panas, kering.Artinya biasa
kering.
Tanah oxisol memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Warna tanahnya merah
hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah.
- Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila
tersingkap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit.
- kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai
epipedon kambrik dan horison kambik.
- mengalami pencucian dan pelapukan lanjut, berbatas horizon
baur, sehingga kandungan mineral primer dan unsure hara rendah,
- konsistensi gembur dengan stabilitas agregat kuat dan
terjadi penumpukan relatif seskwioksida di dalam tanah akibat
pencucian silikat.
- Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai
gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan dengan batas-batas horison yang
kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm).
Berikut ini gambar tanah
oxisol
Alfisol, Ultisol
dan Oxisol termasuk kelompok tanah merah (Soepraptohardjo, 1961; dalam Buurman,
1980), bahan induk bersifat masam hingga ultra basa. Ketersediaan
unsur P dan K di tanah Oxisol sangat rendah, sebagai akibat dari pelapukan
lanjut, dan terikat menjadi bentuk yang tidak tersedia untuk tanaman, yaitu Fe-
P, Al-P, FeAl-P dan bentuk lainnya. Tanah oxisol banyak digunakan untuk
perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan intensitas rendah, dan
perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi. Upaya
pemanfaatan tanah Oxisol secara optimal, khususnya untuk pengembangan tanaman
kelapa sawit memerlukan pemahaman yang tepat dan menyeluruh mengenai
karakteristik tanah tersebut. (studi di Perkebunan Pelaihari KalimantanSelatan
pada Maret 2002).Pemanfaatan tanah Oxisol untuk pengembangan kelapa sawit,
khususnya di kebun Pelaihari, harus diikuti dengan upaya untuk memperbaiki
tingkat kesuburan tanah.
Upaya tersebut di antaranya adalah penanaman
tanaman kacangan penutup tanah, pemupukan, dan aplikasi bahan organik. Daerah penyebaran Oxisol adalah daerah tropis dengan curah
hujan tinggi (2000-7000 mm/tahun), terbentuk di daerah tuf, abu atau fan
vulkanik yang telah mengalami pelapukan lanjut, dengan bentuk wilayah berombak,
bergelombang, berbukit hingga bergunung serta pada ketinggian 10 sampai 1000 m
dari permukaan laut (Sarief,1985).
Terdapatnya
penyebaran tanah Oxisol ini pada ketinggian 10 sampai 1000 m dpl, berarti tanah
oxisol dapat ditemui di dataran rendah (0-600 m dpl) maupun di dataran tinggi
(>600 m dpl), sehingga sangat besar kemungkinan sifat-sifat fisika tanah
pada kedua macam daerah akan berbeda pula. Sebab perbedaan sifat fisika tanah
sangat dipengaruhi oleh perbedaan faktor-faktor pembentuk tanah seperti iklim,
bahan induk, topografi, organisme dan waktu (Buol, Hole, Cracken, 1980).
3.3. Tanah Vertisol
Vertisol menggambarkan penyebaran
tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif
tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga relatif
tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis
(Munir, 1996).
Dalam perkembangan klasifikasi
ordo Vertisol, pH tanah dan pengaruhnya tidak cukup mendapat perhatian.
Walaupun hampir semua tanah dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi, pada
daerah-daerah tropis dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang
rendah. Pada umumnya Vertisol juga
defisiensi P. Setelah N, unsur P merupakan pembatas hara terbesar pada
Vertisol. Kekurangan unsure P jika kandungan P kurang dari 5 ppm. Ini
berpengaruh pada pemupukan P yang cukup kecil jika produksi tanaman pada musim
berikutnya rendah. P menjadi nyata jika tanaman yang tumbuh pada kondisi
irigasi yang baik, jika produksinya tinggi maka dianjurkan untuk mencoba menambah
pemakaian pupuk N (Munir, 1996).
Kadar fosfor Vertisol ditentukn oleh banyak atau sedikitnya cadangan mineral
yang megandung fosfor dan tingkat pelapukannya. Permasalahan fosfor ini
meliputi beberapa hal yaitu peredaran fosfor di dalam tanah, bentuk-bentuk
fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor (Pairunan, dkk, 1997). Pada tanah
Vertisol P tersedia adalah sangat tinggi pada Vertisol yang berkembang dari
batuan basik tetapi rendah
pada tanah yang berkembang dari bahan vulkanis. Pada segi lain vertisol yang berkembang dari bahan induk marl atau napal, kandungan P total tersedia adalah rendah (Soepardi, 1979).
pada tanah yang berkembang dari bahan vulkanis. Pada segi lain vertisol yang berkembang dari bahan induk marl atau napal, kandungan P total tersedia adalah rendah (Soepardi, 1979).
Vertisol adalah tanah
yang memiliki KTK dan kejenuhan hara yang tinggi. Rekasi tanah bervariasi
dengan asam lemah hingga alkaline lemah, nilai pH antara 6,0 sampai 8,0, pH
tinggi (8,0 – 9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi dan Vertisol
masam (pH 5,0 – 6,2) (Munir, 1996). KTK tanah-tanah Vertisol umumnya sangat
tinggi disbanding dengan tanah-tanah mineral lainnya. Hal ini disebabkan oleh
tingginya kandungan liat yang terbungkus mineral Montmorillonit dengan muatan
tetap yang tinggi. Kandungan bahan organik sungguhpun tidak selalu harus tinggi
mempunyai KTK yang sangat tinggi. Katio-kation dapat tukar yang dominan adalah
Ca dan Mg sedang pengaruhnya satu sama lain sangat berkaitan dengan asal tanah
(Lopulisa, 2004). Kejenuhan basa ynag tinggi, KTK yang tinggi, tekstur yang
relative halus, permeabilitas yang rendah dan pH yang relative tinggi dan status hara yang tidak seimbang
merupaka karakteristik Vertisol (Hardjowigeno,
1985).
III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Waktu pengamatan profil tanah
dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 08 Oktober 2011 pukul 11.00 – 14.30 WITA. Bertempat di Desa Paraikatte Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa di Kebun Percobaan Gowa, Sulawesi Selatan.
3.2. Alat dan Bahan
Dalam
praktikum profil tanah alat yang digunakan berupa cangkul, meteran, cutter,
ring sample, skop, linggis, Gps
dan kamera. Selain itu bahan yang digunakan berupa air, kertas label,
kantong plastik gula dan DIP
(Daftar isian profil).
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Penggalian profil tanah
Adapun cara kerja praktikum penggalian
profil tanah sebagai berikut:
1.
Membersihkan sekitar areal tanah yang akan di amati profil tanahnya dari
rumput maupun dari bebatuan yang ada di sekita areal.
2.
Membuat lubang penampang harus cukup basar agar orang dapat dengan mudah
duduk dan berdiri di dalamnya dan pemeriksaannya berjalan dengan sempurna.
3.
Mengukur penampang 1,5x1m sampai
bahan induk dan pemeriksaan dipilih di sisi lubang penampang pada bagian
teratas.
4.
Tidak menumpuk tanah bekas galian
di atas sisi penampang pemeriksaan.
5.
Mengeluarkan air dari dalam penampang sebelum pengamatan (jika ada air)
6.
Melakukan pengamatan pada sinar matahari yang cukup.
3.3.2
Tanah Terganggu
Prosedur kerja
pengambilan sampel tanah terganggu yaitu :
1.
Mengambil tanah dengan
sendok tanah atau catter sesuai dengan lapisan yang akan diambil, mulailah
dengan lapisan yang paling bawah.
2. Masukkan dalam kantong plastik gula yang
telah diberi label.
3.3.3
Tanah Utuh
Prosedur pengambilan sampel tanah
utuh sebagai berikut :
1.
Meratakan dan
membersihkan lapisan yang diambil, kemudian letakkan ring sampel tegak lurus
(bagian runcing menghadap ke bawah)
2. Menekan
ring sampel lain tepat di atas ring sampel pertama, kemudian tekan lagi sampai
bagian bawah dari ring sampel kedua masuk ke dalam tanah (+ 10 cm)
3.
Memisahkan ring kedua dari ring sampel pertama
dengan hati-hati kemudian potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan
bawa ring sampel sampai permukaan tanah rata dengan permukaan ring sampel.
4. Menutup
ring sampel dengan plastik lalu simpan dalam kotak yang telah disediakan.
IV. KEADAAN UMUM LOKASI
4.1. Letak Administrasi
Secara geografis Kabupaten Gowa terletak antara 05º 05’ 02,7” LU dan 119º 05’
0,8” LS. Berdasarkan letak Administrasi, posisi tempat pengamatan berada pada:
Sebelah Utara
berbatasan dengan sawah
Sebelah Timur
berbatasan dengan Perkebunan
Percobaan Gowa
Sebelah Selatan
berbatasan dengan jalan raya
Sebelah Barat berbatasan dengan perkebunan tebu
4.2. Iklim
Kabupaten Gowa beriklim tropis
dengan dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau, rata-rata curah hujan
Kabupaten Gowa berkisar antara 800-1500mm.
4.3. Vegetasi
Pada
lahan ini kualitas vegetasinya cukup subur dimana tanaman utama yang tumbuh
pada lahan tersebut adalah jagung dan selama
itu juga tumbuh secara liar di daerah lahan perkebunan seperti pohon jati dan
rerumputan.
4.4. Topografi
Topografi
di wilayah Kabupaten Gowa
terdiri dari daratan dan
perbukitan. Topografi pada lahan tempat pengamatan profil tanah berbentuk datar, sebagian besar
terdiri dari perkebunan jagung.
4.5. Penggunaan Lahan
Pada BPTP Kebun Percobaan Gowa ini,
lahannya digunakan untuk pertanian. Dimana jenis penggunaannya untuk tanaman
jagung dan tanaman lainnya.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Berdasarkan hasil
dari pengamatan, maka diperoleh
hasil sebagai brikut:
Table I. Hasil pengamatan profil tanah
Parameter Pengaman
|
I
|
II
|
III
|
Keadaan lapisan (cm)
Batasan lapisan
Topografi batasan lapisan
Warna (munsell)
Tekstur
Sruktur
Konsistensi
Karatan
|
26
Tidak nyata
Tidak teratur
Coklat muda
Lempung berliat
Kasar
Kering
-
|
37
Nyata
Rata
Coklat
kemerahan
Liat
berdebu
Kasar
Kering
Fe
|
30
Nyata
Rata
Coklat tua
Liat
Kasar
Kering
-
|
Sumber : Data primer setelah diolah 2011
5.2 Pembahasan
Berdasarkan
pengamatan pada hasil praktikum di lapangan terlihat adanya tiga lapisan yang
berbeda, lapisan-lapisan tersebut terdapat perbedaan baik dari segi fisik,
kimia, dan biologi. Perbedaan yang tampak dari lapisan-lapisan I, II, dan III yakni dari segi
kedalaman lapisan, batasan
lapisan, topografi batas lapisan,warna, tekstur, serta karatan. Hal ini didasarkan dengan pendapat
McDonald, R.C (1990), yang menyatakan bahwa “Setiap tanah biasanya memiliki
tiga atau empat lapisan yang berbeda. Lapisan dibedakan umumnya pada keadaan
fisik yang terlihat, warna dan tekstur adalah yang utama”.
Kedalaman lapisan I yaitu 26
cm dan lapisan II yaitu 37
cm dan lapisan III yaitu
30 cm. Perbedaan kedalam lapisan di sebabkan karena proses pembentukan
tanah antara tanah dalam (lapisan II dan lapisan III) dan tanah dangkal (lapisan I). Dimana tanah dalam
kedalamannya lebih dalam dari pada tanah dangkal. Hal ini disebabkan tanah
dalam mengalami pelapukan yang lebih hebat dari pada tanah dangkal. Dapat
dibedakan atau diukur antara
lapisan I dan lapisan II dengan melihat perbedaan warna yang jelas. Hal ini
sesuai dengan pendapat Foth (1998), yang menyatakan bahwa “Suatu batas nyata dari biasanya antara lapisan yang satu dengan
lapisan yang lain dapat dilihat dari warna tanah”.
Batas lapisan yaitu adanya perbedaan kedalaman tanah pada tiap lapisan
dalam proses pencucian dimana pada saat hujan maka air tersebut akan mengalir
turun kelapisan bawah bersama dengan mineral tanah dengan kecepatan yang tinggi
sehingga menyebabkan adanya perbedaan horizon, ada yang baur dan ada yang
nyata. Dan untuk profil tanah yang telah kami teliti batas lapisan I,II dan III
nyata hal ini di sebabkan karena proses pelapukan sisa-sisa mikroorganisme yang
mati dan berakumulasi sehimgga dapat menentukan warnanya arak tampak jelas
dapat di
bedakan
lapisan-lapisannya dan dilihat batas lapisannya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Pairunan (1997) bahwa
“Lapisan yang paling atas batasnya terlihat jelas atau nyata dengan batasnya”.
Topografi batas lapisan pada lapisan I tidak teratur dan lapisan II dan III terlihat Rata
Hal ini di sebabkan karena pada saat pelapukan terjadi baik pelapukan
secara fisik ataupun secara biologi terjadi dalam waktu yang relative sama
sesuai dengan pendapat
Hakim, dkk (1986) menyatakan bahwa “Bentuk topografi dari suatu tanah
dipengaruhi oleh waktu pelapukan baik secara fisik, kimia maupun biologi. Selain itu pengamatan
parameter warna (Munsell), lapisanI, lapisan II dan lapisan III memiliki warna
yang berbeda, dimana lapisan I di peroleh warna coklat muda, lapisan II berwarna coklat kemerahan dan lapisan III
berwarna coklat tua. Hal ini di sebabkan karena pada
tanah lapisan horizon bawahnya terdapat perbedaan warna pada setiap lapisan
pada umumnya dipengaruhi oleh bahan organik, makin tinggi kandungan bahan
organik maka warna tanah makin gelap pula. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa “Warna tanah mulai dari lapisan
teratas sampai lapisan ke bawah berabgsur-angsur lebih terang”
Tekstur tanah pada lapisan I yaitu lempung berliat, lapisan II yaitu liat berdebu, dan tekstur lapisan III
yaitu liat. Perbedaan ini di sebabkan karena tidak semua lapisan mudah menyerap air, mineral dan unsur
hara . Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa
tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia dari pada bertekstur
kasar”.
Struktur tanah lapisan I,
II, dan III yaitu kasar hal ini disebabkan karena tanah tergenang. Konsistensi tanah adalah
sifat yang melukiskan kekuatan rekat butiran tanah yang satu dengan yang lain
terhadap tekanan dari luar. Konsistensi tanah lapisan I, II dan III yaitu kering. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa “Yang dapat mempengaruhi konsistensi
tanah yaitu tekstur, kadar, bahan organic dan kadar bahan koloid tanah”.
Pada lapisan II memiliki
karatan, yaitu Fe, sedangkan pada lapisan I dan III tidak memiliki karatan. Hal
ini disebabkan karena perbedaan warna bintik-bintik hitam dan merah pada
lapisan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhayati (1996) yang menyatakan
bahwa “Jika tanah memili drainase yang jelek maka biasanya memberikan warna
gelap atau merah bata”.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa:
·
Perbedaan keadaan lapisan
di pengaruhi oleh tingkat pelapukan bahan organik dan mineral dalam
pencampurannya diantaranya masih terjadi di atas permukaan tanah.
·
Batas lapisan paling
atas batas lapisannya telihat jelas karena adanya proses pelapukan sisa-sisa
mikroorganisme yang mati dan berakumulasi dengan lapisan itu.
·
Topografi batas lapisan
biasa berbentuk rata, berombak dan tidak teratur atau terputus.
·
Warna tanah mulai dari
lapisan teratas sampai lapisan ke bawah berangsur-angsur lebih terang.
·
Tanah bertekstur halus
lebih aktif dalam reaksi kimia dari pada bertekstur kasar.
·
Konsistensi tanah
dipengaruhi oleh yaitu tekstur, kadar, bahan organik dan kadar bahan koloid
tanah.
·
Jika tanah memilih
drainase yang jelek maka biasanya memberikan warna gelap atau merah bata akibat
karatan yang terjadi.
·
Selain itu
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu iklim, jasad hidup,
vegetasi, watak bahan induk (tekstur dan struktur susunan kimia dan mineral)
topografi, waktu yang diperlukan bahan induk untuk membentuk tanah.
6.2.
Saran
Saran saya jenis
tanah Oxisol dan Vertisol yang
terdapat di daerah tropis khususnya untuk daerah Gowa sangat bagus untuk pengembangan
lahan pertanian, dimana dapat
dikembangkannya budidaya tanaman jagung dan juga tanaman lainnya, sehingga
dapat memberikan keuntungan tersendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Buckman, H. O., N, C Brady, 1988, Dasar-dasar Ilmu Tanah, Universitas
Gadjah Mada Press ; Yogyakarta
Buol. S.W, F.D. Hole
and R.J. Mc Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
Lowa University Press.
Foth, H. D., 1985, Dasar-dasar
Ilmu Tanah. Erlangga ; Jakarta
Hardjowigeno, S., 1987, Dasar-dasar Ilmu Tanah. Mediyatama
Sarana Perkasa; Jakarta
Kartasapoetra., Mulyani., Sarwono., 1987, Pengantar Ilmu Tanah,
Bina Aksara; Jakarta
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah
Utama Indonesia. P.T. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta
Nurhayati., H,Y. Nyakpe A.M Lubis, S.G. Nugroho., M.R. Soul., M.H.
Dihou G.B. Hong., H.H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung, Lampung.
Pairunan, Anna,K., nanere J,L., Arifin., Solo, S,R. Samosir, Romoaldus
Tangkaisari, J.R Lalapia Mace, Bachrul Ibrahim., Hariadji Asnadi., 1985, Dasar-dasar
Ilmu Tanah,. Bks Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur: Ujung Pandang
Soepardi, 1979. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Universitas Lampung, Lampung.
Syarif. 1985. Ilmu Tanah Pertanian.
Pustaka Buana ; Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar