Senin, 15 April 2013

Profil Tanah


I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur yang unik dan terdiri dari lapisan-lapisan atau horizon-horizon yang berkembang secara genetik.  Proses-proses pembentukan tanah atau perkembangan horizon dapat dilihat sebagai penambahan, pengurangan, perubahan, atau translokasi.  Tanaman dan hewan memperoleh lingkungan pada semua jenis tanah, menjadi bagian dari bahan organik.
            Manusia tergantung pada tanah dan sampai batas tertentu tanah yang baik tergantung pada manusia dan pengelolaannya.  Tanah adalah tubuh alam dimana tumbuhan dapat hidup.  Manusia menikmati dan menggunakan tumbuhan karena keindahannya dan karena manfaatnya untuk dimakan.  Juga tingkat hidup kerap kali ditentukan oleh kualitas tanah dan oleh jenis serta kualitas tumbuh-tumbuhan yang tumbuh dan juga hewan-hewan yang hidup di atasnya.
            Pada dasarnya tanah itu terdiri atas beberapa lapisan yang dinamakan horizon.  Di atas bahan induk deretan horizonnya disebut solum, sedangkan seluruh penampang tanah disebut profil tanah, yang mana menunjukkan adanya lapisan-lapisan horizontal yang disebut horizon-horizon tanah.
            Tanah menunjukkan adanya lapisan-lapisan yang menunjukkan adanya perbedaan sifat-sifat pada berbagai kedalaman tanah.  Mulai dari atas sampai ke bawah hingga bahan induk atau lahan yang belum lapuk.  Penampang vertikal dari

tanah dinamakan profil tanah. Profil tanah menunjukkan adanya lapisan-lapisan horizontal yang dinamakan horizon-horizon tanah. Dimana yang dimaksud horizon tanah adalah lapisan tanah yang hamper sejajar dengan permukaan bumi.
            Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan pengamatan secara langsung di lapangan untuk mengetahui dan mengamati dengan jelas proses dan ciri-ciri tanah tertentu dan mengenal lebih jauh jenis tanah tersebut.
1.2 Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui dan mengamati secara langsung kimia tanah dan biologi tanah Oxisol dan tanah Vertisol.
Kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan informasi dalam menunjang pengetahuan tentang jenis tanah Oxisol dan Vertisol.












II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Tanah
Dalam rangka penelitian tanah, kadang-kadang di perlukan deskripsi (penyifatan) profil tanah.  Dari pengamatan sifat-sifat tanah di lapangan serta di sokong oleh hasil analisa contoh tanah di laboratorium yang diambil dari tiap horizon di dalam profil, maka dapat ditentukan jenis tanahnya.  Tiap jenis dan tipe tanah memiliki ciri khas yang dipandang dari sifat-sifat fisis maupun kimianya (Hakim,dkk,1986).
            Jika memotong tanah secara melintang, yang mula-mula kita dapati adalah lapisan mendatar. Irisan semacam ini disebut profil dan lapisan yang terlihat itu masing-masing disebut horizon. Horizon-horizon di atas bahan induk ini seluruhnya disebut solum. Tiap tanah berkembang dengan baik dan masih keadaan asli mempunyai sifat-sifat profil yang khas. Sifat-sifat ini dipakai dalam klasifikasi dan survey tanah dan sangat besar manfaatnya. Untuk menentukan pendapat tentang tanah, sifat-sifat profil tanah perlu diperhatikan sebagai pertimbangan dalam menentukannya (Buckman dan Brady,1982).
            Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah.  Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari proses pembentukan dan kualifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengelolaan yang lebih erat dan tepat (Foth,1994).

            Horizon tanah merupakan suatu lapisan tanah yang hampir sejajar dengan permukaan bumi yang merupakan hasil evolusi dan terdapat perbedaan sifat-sifat diantara horizon-horizon yang berbatasan. Tanah yang berkembang di bawah tanaman rumput-rumputan mempunyai horizon A yang tebal dan berwarna gelap akibat pertumbuhan akar yang lebat sampai kedalaman tertentu.  Di dalam hutan, penambahan bahan organik sebagian besar dari daun-daun dan batang (Foth,1994).
            Terdapat sejumlah pori di dalam tanah, dimana ruang pori ini penting oleh karena ruang pori terisi oleh air dan udara yang bergerak melalui ruang pori-pori.  Penyediaan air dan oksigen untuk pertumbuhan tanaman dan jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan erat dengan jumlah dan ukuran-ukuran pori-pori tanah.  Berat dan ukuran pori-pori tanah bervariasi dari satu horizon-horizon lain.  Sama halnya dengan sifat tanah lainnya dan kedua variabel ini dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah.  Porositas tinggi kalau bahan organik tinggi.  Tanah yang granuler atau remah mempunyai porositas tinggi daripada tanah dengan struktur massive (Hakim,dkk,1986).
2.2  Tanah Oxisol
 Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar  kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini

menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning),Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning
(Sarief,1985).
Oxisol menduduki rangking kelima di bumi, golongan ini berasal dari bahasa Prancis, Oxide yang berarti Oksida. Semua tanah yang memiliki horizon oksida, tergolong oxisol.Oxisol menurut system klasifikasi tanah 1949 meliputi tanah lateritik, Lastosol, dan laterit air tanah (Ground Water Laterite).
Sub-order dari tanah oxisol adalah sebagai berikut:
1) Aquox, Aqua + ox isol, berasal dari Latin Aqua, air. Khas hubungannya dengan perariran.
2) Humox, Hum us + ox isol, dari kata Yunani, Humus, bun
Artinya: Oxisol yang mengandung bahan organic
3) Orthox, Ortho os + ox isol, orth dari bahasa Yunani; ortho benar. Artinya oxisol biasa
4) Ustox, ust us + ox isol, Ust dari bahasa Latin ustus, terbakar. Oxisol terdapat pada region iklim kering, biasa musim panas yang kering.
5) Torrox, torr idus + ox isol. Torr berasal dari bahasa Latin torrid us, panas, kering.Artinya biasa kering.




Tanah oxisol memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah.
- Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersingkap atau berada di        udara terbuka disebut tanah laterit.
- kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon kambrik dan horison kambik.
- mengalami pencucian dan pelapukan lanjut, berbatas horizon baur, sehingga kandungan mineral primer dan unsure hara rendah,
- konsistensi gembur dengan stabilitas agregat kuat dan terjadi penumpukan relatif seskwioksida di dalam tanah akibat pencucian silikat.
- Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm).
Berikut ini gambar tanah oxisol
Alfisol, Ultisol dan Oxisol termasuk kelompok tanah merah (Soepraptohardjo, 1961; dalam Buurman, 1980), bahan induk bersifat masam hingga ultra basa. Ketersediaan unsur P dan K di tanah Oxisol sangat rendah, sebagai akibat dari pelapukan lanjut, dan terikat menjadi bentuk yang tidak tersedia untuk tanaman, yaitu Fe- P, Al-P, FeAl-P dan bentuk lainnya. Tanah oxisol banyak digunakan untuk perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi. Upaya pemanfaatan tanah Oxisol secara optimal, khususnya untuk pengembangan tanaman kelapa sawit memerlukan pemahaman yang tepat dan menyeluruh mengenai karakteristik tanah tersebut. (studi di Perkebunan Pelaihari KalimantanSelatan pada Maret 2002).Pemanfaatan tanah Oxisol untuk pengembangan kelapa sawit, khususnya di kebun Pelaihari, harus diikuti dengan upaya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah. Upaya tersebut di antaranya adalah penanaman tanaman kacangan penutup tanah, pemupukan, dan aplikasi bahan organik. Daerah penyebaran Oxisol adalah daerah tropis dengan curah hujan tinggi (2000-7000 mm/tahun), terbentuk di daerah tuf, abu atau fan vulkanik yang telah mengalami pelapukan lanjut, dengan bentuk wilayah berombak, bergelombang, berbukit hingga bergunung serta pada ketinggian 10 sampai 1000 m dari permukaan laut (Sarief,1985).
Terdapatnya penyebaran tanah Oxisol ini pada ketinggian 10 sampai 1000 m dpl, berarti tanah oxisol dapat ditemui di dataran rendah (0-600 m dpl) maupun di dataran tinggi (>600 m dpl), sehingga sangat besar kemungkinan sifat-sifat fisika tanah pada kedua macam daerah akan berbeda pula. Sebab perbedaan sifat fisika tanah sangat dipengaruhi oleh perbedaan faktor-faktor pembentuk tanah seperti iklim, bahan induk, topografi, organisme dan waktu (Buol, Hole, Cracken, 1980).

3.3. Tanah Vertisol
Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis (Munir, 1996).
Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan pengaruhnya tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua tanah dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah tropis dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah. Pada umumnya  Vertisol juga defisiensi P. Setelah N, unsur P merupakan pembatas hara terbesar pada Vertisol. Kekurangan unsure P jika kandungan P kurang dari 5 ppm. Ini berpengaruh pada pemupukan P yang cukup kecil jika produksi tanaman pada musim berikutnya rendah. P menjadi nyata jika tanaman yang tumbuh pada kondisi irigasi yang baik, jika produksinya tinggi maka dianjurkan untuk mencoba menambah pemakaian pupuk N          (Munir, 1996). Kadar fosfor Vertisol ditentukn oleh banyak atau sedikitnya cadangan mineral yang megandung fosfor dan tingkat pelapukannya. Permasalahan fosfor ini meliputi beberapa hal yaitu peredaran fosfor di dalam tanah, bentuk-bentuk fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor (Pairunan, dkk, 1997). Pada tanah Vertisol P tersedia adalah sangat tinggi pada Vertisol yang berkembang dari batuan basik tetapi rendah


pada tanah  yang berkembang dari bahan vulkanis. Pada segi lain vertisol yang berkembang dari bahan induk marl atau napal, kandungan P total tersedia adalah rendah (Soepardi, 1979).
Vertisol adalah tanah yang memiliki KTK dan kejenuhan hara yang tinggi. Rekasi tanah bervariasi dengan asam lemah hingga alkaline lemah, nilai pH antara 6,0 sampai 8,0, pH tinggi (8,0 – 9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi dan Vertisol masam (pH 5,0 – 6,2) (Munir, 1996). KTK tanah-tanah Vertisol umumnya sangat tinggi disbanding dengan tanah-tanah mineral lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan liat yang terbungkus mineral Montmorillonit dengan muatan tetap yang tinggi. Kandungan bahan organik sungguhpun tidak selalu harus tinggi mempunyai KTK yang sangat tinggi. Katio-kation dapat tukar yang dominan adalah Ca dan Mg sedang pengaruhnya satu sama lain sangat berkaitan dengan asal tanah (Lopulisa, 2004). Kejenuhan basa ynag tinggi, KTK yang tinggi, tekstur yang relative halus, permeabilitas yang rendah dan pH yang relative  tinggi dan status hara yang tidak seimbang merupaka karakteristik Vertisol  (Hardjowigeno, 1985).
           



III. METODOLOGI
3.1.  Waktu dan  Tempat
Waktu pengamatan profil tanah dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 08 Oktober 2011 pukul 11.00 – 14.30 WITA. Bertempat di Desa Paraikatte Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa di Kebun Percobaan Gowa, Sulawesi Selatan.

3.2. Alat dan Bahan
Dalam praktikum profil tanah alat yang digunakan berupa cangkul, meteran, cutter, ring sample, skop, linggis, Gps dan kamera. Selain itu bahan yang digunakan berupa air, kertas label, kantong plastik gula dan DIP (Daftar isian profil).
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Penggalian profil tanah
Adapun cara kerja praktikum penggalian profil tanah sebagai berikut:
1.        Membersihkan sekitar areal tanah yang akan di amati profil tanahnya dari rumput maupun dari bebatuan yang ada di sekita areal.
2.        Membuat lubang penampang harus cukup basar agar orang dapat dengan mudah duduk dan berdiri di dalamnya dan pemeriksaannya berjalan dengan sempurna.
3.         Mengukur penampang 1,5x1m sampai bahan induk dan pemeriksaan dipilih di sisi lubang penampang pada bagian teratas.

4.         Tidak menumpuk tanah bekas galian di atas sisi penampang pemeriksaan.
5.        Mengeluarkan air dari dalam penampang sebelum pengamatan (jika ada air)
6.        Melakukan pengamatan pada sinar matahari yang cukup.
3.3.2 Tanah Terganggu
Prosedur kerja pengambilan sampel tanah terganggu yaitu :
1.        Mengambil tanah dengan sendok tanah atau catter sesuai dengan lapisan yang akan diambil, mulailah dengan lapisan yang paling bawah.
2.   Masukkan dalam kantong plastik gula yang telah diberi label.
3.3.3 Tanah Utuh
Prosedur pengambilan sampel tanah utuh sebagai berikut :
1.        Meratakan dan membersihkan lapisan yang diambil, kemudian letakkan ring sampel tegak lurus (bagian runcing menghadap ke bawah)
2.      Menekan ring sampel lain tepat di atas ring sampel pertama, kemudian tekan lagi sampai bagian bawah dari ring sampel kedua masuk ke dalam tanah (+ 10 cm)
3.     Memisahkan ring kedua dari ring sampel pertama dengan hati-hati kemudian potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawa ring sampel sampai permukaan tanah rata dengan permukaan ring sampel.
4.      Menutup ring sampel dengan plastik lalu simpan dalam kotak yang telah disediakan.



IV. KEADAAN UMUM LOKASI
4.1. Letak Administrasi
Secara geografis Kabupaten Gowa  terletak antara 05º 05’ 02,7” LU dan 119º 05’ 0,8” LS. Berdasarkan letak Administrasi, posisi tempat pengamatan berada pada:
Sebelah Utara berbatasan dengan sawah
Sebelah Timur berbatasan dengan Perkebunan Percobaan Gowa
Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan raya
Sebelah Barat berbatasan dengan perkebunan tebu

4.2.  Iklim                                                                                                                       
Kabupaten Gowa beriklim tropis dengan dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau, rata-rata curah hujan Kabupaten Gowa berkisar antara 800-1500mm.
4.3. Vegetasi
Pada lahan ini kualitas vegetasinya cukup subur dimana tanaman utama yang tumbuh pada lahan tersebut adalah jagung dan selama itu juga tumbuh secara liar di daerah lahan perkebunan seperti pohon jati dan rerumputan.
4.4. Topografi
Topografi di wilayah Kabupaten Gowa terdiri dari daratan dan perbukitan. Topografi pada lahan tempat pengamatan profil tanah berbentuk datar, sebagian besar terdiri dari perkebunan jagung.

4.5. Penggunaan Lahan
Pada BPTP Kebun Percobaan Gowa ini, lahannya digunakan untuk pertanian. Dimana jenis penggunaannya untuk tanaman jagung dan tanaman lainnya.




































V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Berdasarkan hasil dari pengamatan, maka diperoleh hasil sebagai brikut:
Table I. Hasil pengamatan profil tanah
Parameter Pengaman
I
II
III

Keadaan lapisan (cm)

Batasan lapisan

Topografi batasan lapisan

Warna (munsell)

Tekstur

Sruktur

Konsistensi

Karatan


26

Tidak nyata

Tidak teratur


Coklat muda

Lempung berliat

Kasar

Kering

-


37

Nyata

Rata


Coklat kemerahan

Liat berdebu

Kasar

Kering

Fe


30

Nyata

Rata


Coklat tua

Liat

Kasar

Kering

-

Sumber : Data primer setelah diolah 2011


5.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan pada hasil praktikum di lapangan terlihat adanya tiga lapisan yang berbeda, lapisan-lapisan tersebut terdapat perbedaan baik dari segi fisik, kimia, dan biologi. Perbedaan yang tampak dari lapisan-lapisan I, II, dan III yakni dari segi kedalaman lapisan, batasan lapisan, topografi batas lapisan,warna, tekstur, serta karatan. Hal ini didasarkan dengan pendapat McDonald, R.C (1990), yang menyatakan bahwa “Setiap tanah biasanya memiliki tiga atau empat lapisan yang berbeda. Lapisan dibedakan umumnya pada keadaan fisik yang terlihat, warna dan tekstur adalah yang utama”.
Kedalaman lapisan I yaitu 26 cm dan lapisan II yaitu 37 cm dan lapisan III yaitu 30 cm. Perbedaan kedalam lapisan di sebabkan karena proses pembentukan tanah antara tanah dalam (lapisan II dan lapisan III) dan tanah dangkal (lapisan I). Dimana tanah dalam kedalamannya lebih dalam dari pada tanah dangkal. Hal ini disebabkan tanah dalam mengalami pelapukan yang lebih hebat dari pada tanah dangkal. Dapat dibedakan atau diukur antara lapisan I dan lapisan II dengan melihat perbedaan warna yang jelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1998), yang menyatakan bahwa “Suatu batas nyata dari biasanya antara lapisan yang satu dengan lapisan yang lain dapat dilihat dari warna tanah.
Batas lapisan yaitu adanya perbedaan kedalaman tanah pada tiap lapisan dalam proses pencucian dimana pada saat hujan maka air tersebut akan mengalir turun kelapisan bawah bersama dengan mineral tanah dengan kecepatan yang tinggi sehingga menyebabkan adanya perbedaan horizon, ada yang baur dan ada yang nyata. Dan untuk profil tanah yang telah kami teliti batas lapisan I,II dan III nyata hal ini di sebabkan karena proses pelapukan sisa-sisa mikroorganisme yang mati dan berakumulasi sehimgga dapat menentukan warnanya arak tampak jelas dapat di


bedakan lapisan-lapisannya dan dilihat batas lapisannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan (1997) bahwa “Lapisan yang paling atas batasnya terlihat jelas atau nyata dengan batasnya”.
Topografi batas lapisan pada lapisan I tidak teratur dan lapisan II dan III terlihat Rata Hal ini di sebabkan karena pada saat pelapukan terjadi baik pelapukan secara fisik ataupun secara biologi terjadi dalam waktu yang relative sama sesuai dengan pendapat Hakim, dkk (1986) menyatakan bahwa “Bentuk topografi dari suatu tanah dipengaruhi oleh waktu pelapukan baik secara fisik, kimia maupun biologi. Selain itu pengamatan parameter warna (Munsell), lapisanI, lapisan II dan lapisan III memiliki warna yang berbeda, dimana lapisan I di peroleh warna coklat muda, lapisan II berwarna coklat kemerahan dan lapisan III berwarna coklat tua. Hal ini di sebabkan karena pada tanah lapisan horizon bawahnya terdapat perbedaan warna pada setiap lapisan pada umumnya dipengaruhi oleh bahan organik, makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa “Warna tanah mulai dari lapisan teratas sampai lapisan ke bawah berabgsur-angsur lebih terang”
Tekstur tanah pada lapisan I yaitu lempung berliat, lapisan II yaitu liat berdebu, dan tekstur lapisan III yaitu liat. Perbedaan ini di sebabkan karena tidak semua lapisan mudah menyerap air, mineral dan unsur hara . Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia dari pada bertekstur kasar”.
Struktur tanah lapisan I, II, dan III yaitu kasar hal ini disebabkan karena tanah tergenang. Konsistensi tanah adalah sifat yang melukiskan kekuatan rekat butiran tanah yang satu dengan yang lain terhadap tekanan dari luar. Konsistensi tanah lapisan I, II dan III yaitu kering. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa “Yang dapat mempengaruhi konsistensi tanah yaitu tekstur, kadar, bahan organic dan kadar bahan koloid tanah”.
Pada lapisan II memiliki karatan, yaitu Fe, sedangkan pada lapisan I dan III tidak memiliki karatan. Hal ini disebabkan karena perbedaan warna bintik-bintik hitam dan merah pada lapisan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhayati (1996) yang menyatakan bahwa “Jika tanah memili drainase yang jelek maka biasanya memberikan warna gelap atau merah bata”.











VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di lapangan, maka dapat  disimpulkan bahwa:
·         Perbedaan keadaan lapisan di pengaruhi oleh tingkat pelapukan bahan organik dan mineral dalam pencampurannya diantaranya masih terjadi di atas permukaan tanah.
·         Batas lapisan paling atas batas lapisannya telihat jelas karena adanya proses pelapukan sisa-sisa mikroorganisme yang mati dan berakumulasi dengan lapisan itu.
·         Topografi batas lapisan biasa berbentuk rata, berombak dan tidak teratur atau terputus.
·         Warna tanah mulai dari lapisan teratas sampai lapisan ke bawah berangsur-angsur lebih terang.
·         Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia dari pada bertekstur kasar.
·         Konsistensi tanah dipengaruhi oleh yaitu tekstur, kadar, bahan organik dan kadar bahan koloid tanah.
·         Jika tanah memilih drainase yang jelek maka biasanya memberikan warna gelap atau merah bata akibat karatan yang terjadi.
·         Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu iklim, jasad hidup, vegetasi, watak bahan induk (tekstur dan struktur susunan kimia dan mineral) topografi, waktu yang diperlukan bahan induk untuk membentuk tanah.
6.2. Saran
Saran saya jenis tanah Oxisol dan Vertisol yang terdapat di daerah tropis khususnya untuk daerah Gowa sangat bagus untuk pengembangan lahan pertanian, dimana dapat dikembangkannya budidaya tanaman jagung dan juga tanaman lainnya, sehingga dapat memberikan keuntungan tersendiri.













DAFTAR  PUSTAKA
Buckman, H. O., N, C Brady, 1988, Dasar-dasar Ilmu Tanah, Universitas Gadjah Mada Press ; Yogyakarta

Buol. S.W, F.D. Hole and R.J. Mc Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The Lowa University Press.

Foth, H. D., 1985, Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga ; Jakarta

Hardjowigeno, S., 1987, Dasar-dasar Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa; Jakarta

Kartasapoetra., Mulyani., Sarwono., 1987, Pengantar Ilmu Tanah, Bina Aksara; Jakarta

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. P.T. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta

Nurhayati., H,Y. Nyakpe A.M Lubis, S.G. Nugroho., M.R. Soul., M.H. Dihou G.B. Hong., H.H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.

Pairunan, Anna,K., nanere J,L., Arifin., Solo, S,R. Samosir, Romoaldus Tangkaisari, J.R Lalapia Mace, Bachrul Ibrahim., Hariadji Asnadi., 1985, Dasar-dasar Ilmu Tanah,. Bks Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur: Ujung Pandang

Soepardi, 1979. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.

Syarif. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana ; Bandung




Tidak ada komentar:

Posting Komentar