Genetika Tanaman
Genetika disebut juga ilmu
keturunan, berasal dari kata genos (bahasa latin), artinya suku bangsa-bangsa
atau asal-usul. Secara “Etimologi”kata genetika berasal dari kata genos dalam
bahasa latin, yang berarti asal mula kejadian. Namun, genetika bukanlah ilmu
tentang asal mula kejadian meskipun pada batas-batas tertentu memang ada
kaitannya dengan hal itu juga. Genitika adalah ilmu yang mempelajari seluk
beluk alih informasi hayati dari generasi kegenerasi. Oleh karena cara
berlangsungnya alih informasi hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan
persamaan sifat diantara individu organisme, maka dengan singkat dapat pula
dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat .Dalam ilmu ini
dipelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak
cucu, serta variasi yang mungkin timbul didalamnya.
Ilmu ini tidak cocok diterjemah
dengan ilmu kebakaran, karena sebagaimana tampak nanti, bahan sifat keturunan
itu tidaklah bersifat baka. Selalu mengalami perubahan, berangsur atau
mendadak. Seluruh makluk bumi mengalami evolusi termasuk manusia. Evolusi itu
terjadi karena perubahan bahan sifat keturunan, dan dilaksanakan oleh seleksi
alam.
Genitika perlu dipelajari, agar
kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri serta setiap makhuk
hidup yang berada dilingkungan kita. kita sebagai manusia tidak hidup autonom
dan terinsolir dari makhuk lain sekitar kita tapi kita menjalin ekosistem
dengan mereka. karena itu selain kita harus mengetahui sifat-sifat menurun dalam
tubuh kita, juga pada tumbuhan dan hewan. Lagi pula prinsip-prinsep genetika
itu dapat disebut sama saja bagi seluruh makluk. Karena manusia sulit dipakai
sebagai objek atau bahan percobaan genetis, kita mempelajari hukum-hukumnya
lewat sifat menurun yang terkandung dalam tubuh-tumbuhan dan hewan sekitar.
Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai ilmu
pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus ditunjang oleh
ilmu pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika dan metematika juga ilmu
pengetahuan dasar dalam bidang biologi sendiri seperti bioselluler, histologi,
biokimia, fiosiologi, anatomi, embriologi, taksonomi dan evolusi. Sebagai ilmu
pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah dan pelayanan kebutuhan
masyarakat.
SEJARAH PERKEMBAGAN
Jauh
sebelum genetika dapat dianggap sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan,
berbagai kegiatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa
disadari telah menerapkan prinsip-prinsip genetika. Sebagai contoh, bangsa
Sumeria dan Mesir kuno telah berusaha untuk memperbaiki tanaman gandum,
bangsa Cina mengupayakan sifat-sifat unggul pada tanaman padi, bangsa Siria
menyeleksi tanaman kurma. Demikian pula, di benua Amerika dilakukan
persilangan-persilangan pada gandum dan jagung yang berasal dari rerumputan
liar. Sementara itu, pemuliaan hewan pun telah berlangsung lama; hasilnya
antara lain berupa berbagai hewan ternak piaraan yang kita kenal sekarang.
|
Sejarah
perkembangan genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulai menjelang akhir abad
ke-19 ketika seorang biarawan Austria bernama Gregor Johann Mendel berhasil
melakukan analisis yang cermat dengan interpretasi yang tepat atas
hasil-hasil percobaan persilangannya pada tanaman kacang ercis (Pisum
sativum). Sebenarnya, Mendel bukanlah orang pertama yang melakukan
percobaan-percobaan persilangan. Akan tetapi, berbeda dengan para
pendahulunya yang melihat setiap individu dengan keseluruhan sifatnya yang
kompleks, Mendel mengamati pola pewarisan sifat demi sifat sehingga menjadi
lebih mudah untuk diikuti. Deduksinya mengenai pola pewarisan sifat ini
kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu
cabang ilmu pengetahuan, dan Mendel pun diakui sebagai Bapak Genetika.
Penjelasan lebih rinci mengenai percobaan persilangan Mendel akan diberikan
pada Bab II.
|
Karya
Mendel tentang pola pewarisan sifat tersebut dipublikasikan pada tahun 1866
di Proceedings of the Brunn Society for Natural History. Namun, selama lebih
dari 30 tahun tidak pernah ada peneliti lain yang memperhatikannya. Baru pada
tahun 1900 tiga orang ahli botani secara terpisah, yakni Hugo de Vries di
Belanda, Carl Correns di Jerman, dan Eric von Tschermak-Seysenegg di Austria,
melihat bukti kebenaran prinsip-prinsip Mendel pada penelitian mereka
masing-masing. Semenjak saat itu hingga lebih kurang pertengahan abad
ke-20 berbagai percobaan persilangan atas dasar prinsip-prinsip Mendel sangat
mendominasi penelitian di bidang genetika. Hal ini menandai berlangsungnya
suatu era yang dinamakan genetika klasik.
|
Selanjutnya,
pada awal abad ke-20 ketika biokimia mulai berkembang sebagai cabang ilmu
pengetahuan baru, para ahli genetika tertarik untuk mengetahui lebih dalam
tentang hakekat materi genetik, khususnya mengenai sifat biokimianya. Pada
tahun 1920-an, dan kemudian tahun 1940-an, terungkap bahwa senyawa kimia
materi genetik adalah asam deoksiribonukleat (DNA). Dengan ditemukannya model
struktur molekul DNA pada tahun 1953 oleh J.D. Watson dan F.H.C. Crick
dimulailah era genetika yang baru, yaitu genetika molekuler.
|
Perkembangan
penelitian genetika molekuler terjadi demikian pesatnya. Jika ilmu
pengetahuan pada umumnya mengalami perkembangan dua kali lipat dalam satu
dasawarsa, maka waktu yang dibutuhkan untuk itu (doubling time) pada
genetika molekuler hanyalah dua tahun! Bahkan, perkembangan yang lebih
revolusioner dapat disaksikan semenjak tahun 1970-an, yaitu pada saat
dikenalnya teknologi manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA rekombinan
atau dengan istilah yang lebih populer disebut sebagai rekayasa genetika.
|
Saat
ini sudah menjadi berita biasa apabila organisme-organisme seperti domba,
babi, dan kera didapatkan melalui teknik rekayasa genetika yang disebut
kloning. Sementara itu, pada manusia telah dilakukan pemetaan seluruh genom
atau dikenal sebagai projek genom manusia (human genom project), yang
diluncurkan pada tahun 1990 dan sebenarnya diharapkan selesai pada tahun
2005. Namun, ternyata penyelesaian proyek ini berjalan dua tahun lebih cepat
daripada jadwal yang telah ditentukan.
KONTRIBUSI KE
BIDANG-BIDANG LAIN
Sebagai ilmu pengetahuan
dasar, genetika dengan konsep-konsep di dalamnya dapat berinteraksi dengan
berbagai bidang lain untuk memberikan kontribusi terapannya.
1. Pertanian
Di antara kontribusinya pada
berbagai bidang, kontribusi genetika di bidang pertanian, khususnya pemuliaan
tanaman dan ternak, boleh dikatakan paling tua. Persilangan-persilangan
konvensional yang dilanjutkan dengan seleksi untuk merakit bibit unggul, baik
tanaman maupun ternak, menjadi jauh lebih efisien berkat bantuan pengetahuan
genetika. Demikian pula, teknik-teknik khusus pemulian seperti mutasi, kultur
jaringan, dan fusi protoplasma kemajuannya banyak dicapai dengan pengetahuan
genetika. Dewasa ini beberapa produk pertanian, terutama pangan, yang berasal
dari organisme hasil rekayasa genetika atau genetically modified organism
(GMO) telah dipasarkan cukup luas meskipun masih sering mengundang
kontroversi tentang keamanan.
Contoh lain dari perkembangan ilmu
genetika dibidang pertanian adalah di temukanya cara baru dalam mengatasi
serangga hama yaitu dengan cara perakitan tanaman tahan serangga hama melalui
teknik rekayasa genetik. Salah satu kendala dalam produksi suatu komoditas
tanaman di negara yang beriklim tropis dan lembab adalah serangan organisme
pengganggu tumbuhan (OPT) seperti serangga hama dan patogen tumbuhan. Bahkan
pada tanaman tertentu seperti padi.
Serangga hama masih merupakan
kendala utama dan menjadi masalah serius, misalnya wereng coklat dan
peng-gerek batang. Di negara tertentu se-perti Amerika Serikat (AS), kerugian
akibat kerusakan yang ditimbulkan serangga hama seperti penggerek jagung dan
penggerek buah kapas bisa mencapai jutaan dolar AS. Usaha pengendalian yang
biasa dilakukan petani adalah menggunakan cara bercocok tanam yang tepat yang
meliputi penanaman Hak Cipta 2002, Balitbio varie-tas tahan dan pergiliran
tanaman, serta penyemprotan insektisida.
Di negara maju, seperti AS,
untuk menanggulangi OPT dari jenis serangga hama, petani sudah menggunakan
insektida hayati yang berasal dari bakteri Bacillus thuri-ngiensis
(Bt) selama lebih dari 30 tahun. Namun secara komersial produksi
insektisida hayati terbatas dan pengaruh perlindungannya hanya berumur
pendek. Selain pengendalian dengan insektisida, petani juga menggunakan
varietas tahan. Penggunaan varietas tahan merupakan cara pengendalian
serangga hama yang murah dan ramahlingkungan. Perbaikan sifat tanaman dapat
dilakukan melalui modifikasi genetic baik dengan pemuliaan tanaman secara
konvensional maupun dengan bioteknologi khususnya tek-nologi rekayasa
genetik. Kadang-kadang dalam perakitan
varietas tanaman tahan
serangga hama, pemulia konvensional menghadapi suatu kendala yang sulit
dipecah-kan, yaitu langkanya atau tidak ada-nya sumber gen ketahanan di
da-lam koleksi plama nutfah. Contoh sumber gen ketahanan yang langka adalah
gen ketahanan terhadap se-rangga hama, misalnya penggerek batang
padi, penggerek polong
ke-delai, hama boleng ubi jalar, peng-gerek buah kapas (cotton bolworm),
dan penggerek jagung (Herman, 1997). Akhir-akhir ini, ke-sulitan pemulia
konvensional terse-but dapat diatasi dengan teknologi rekayasa genetik
melalui tanaman transgenik (Herman, 1996).
Pemulian dan perekayasa
genetik mempunyai tujuan yang sama. Pemulia ta-naman secara konvensional
mela-kukan persilangan dan atau seleksi, sedangkan perekayasa genetik
mengembangkan secara terus menerus dan memanfaatkan teknik isola-si dan
transfer gen dari sifat yang di-inginkan. Melalui rekayasa genetik sudah dihasilkan
tanaman transgenic yang memiliki sifat baru seperti ketahan-an terhadap
serangga hama atau herbisida atau peningkatan kualitas hasil. Tanaman
transgenik tahan serangga hama tersebut sudah banyak ditanam dan dipasarkan
di berbagai negara (James, 2002a). Sedangkan di Indonesia, tanaman transgenik
tahan serangga hama baru pada taraf penelitian perakitannya. Dalam makalah
ini akan dijelaskan tentang tanaman transgenic tahan serangga hama,
perkembangan tanaman transgenic secara global, dan status tanaman transgenik
di Indonesia.
2. Kesehatan
Salah satu contoh klasik
kontrubusi genetika di bidang kesehatan adalah diagnosis dan perawatan
penyakit fenilketonurani (PKU). Penyakit ini merupakan penyakit menurun yang
disebabkan oleh mutasi gen pengatur katabolisme fenilalanin sehingga timbunan
kelebihan fenilalanin akan dijumpai di dalam aliran darah sebagai
derivat-derivat yang meracuni sistem syaraaf pusat. Dengan diet fenilalanin
yang sangat ketat, bayai tersebut dapat terhindar dari penyakit PKU meskipun
gen mutan penyebabnya sendiri sebenarnya tidak diperbaiki.
Beberapa penyakit genetika
lainnya telah dapat diatasi dampaknya dengan cara seperti itu. Meskipun
demikia, hingga sekarang masih banyak penyakit yang menjadi tantangan para
peneliti dari kalangan kedokteran dan genetika untuk menanganinya seperti
perkembangannya resistensi bakteri patogen terhadap antibiotok,
penyakit-penyakit kanker, dan sindrom hilangnya kekebalan bawaan atau acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS).
Contoh lain dari perkembangan ilmu
genetika dibidang kesehatan adalah proyek genom manusia yang dipelopori oleh
amerika serikat dimana proyek ini akan menguraikan 100.000 gen manusia.
Diperkirakan pada abad XXI mendatang akan muncul bidang kedokteran baru yang
disebut ilmu kedokteran prediktif (predictive medicine). Munculnya
ilmu kedokteran tersebut di mungkinkan karena pada abad XXI mendatang,
diperkirakan seluruh informasi dari genom manusia yang mengandung 100.000 gen
akan teridentifikasi. Dengan diketahuinya genom manusia dapat digunakan
memprediksi berbagai penyakit, artinya dengan ilmu kedoktran prediktif dapat
diketahui kemungkinan seseorang mengalami kanker payudara atau kanker calon
rental dengan melakukan analisa terhadap kombinasi gen-gen yang dipunyai
orang tersebut.
3. Industri farmasi
Teknik rekayasa genetika
memungkinkan dilakukannya pemotongan molekul DNA tertentu. Selanjutnya,
fragmen-fragmen DNA hasil pemotongan ini disambungkan dengan molekul DNAlain
sehingga terbentuk molekul DNA rekombinan. Apabila molekul DNA rekombinan
dimasukkan kedalam suatu sel bakteri yang sangat cepat pertumbuhannya,
misalnya Escherichia coli, maka dengan mudah akan diperoleh salinan
molekul DNA rekombinan dalam jumlah besar dan waktu yang singkat. Jika
molekul DNA rekombinan tersebut membawa gen yang bermanfaat bagi kepentingan
manusia, maka berarti gen ini telah diperbanyak dengan cara yang mudah dan
cepat. Prinsip kerja semacam ini telah banyak di terapkan diberbagai industri
yang memproduksi biomolekul penting seperti insulin, interferon, dan beberapa
hormon pertumbuhan.
4. Hukum
Sengketa dipengadilan untuk
menentukan ayah kandung bagi seorang anak secara klasik sering diatasi
melalui pengujian golongan darah. Pada kasus-kasus tertentu cara ini dapat
menyelesaikan masalah dengan cukup memuaskan, tetapi tidak jarang hasil yang
diperoleh kurang meyakinkan. Belakangan ini dikenal cara yang jauh lebih
canggih, yaitu uji DNA. Dengan membandingkan pola restriksi pada molekul DNA
anak,ibu, dan orang yang dicurigai sebagai ayah kandung anak, maka dapat
diketahui benar tidaknya kecurigaan tersebut.
Dalam kasus-kasus kejahatan
seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan bahkan teror pengeboman, teknik rekayasa
genetika dapat diterapkan untuk memastikan benar tidaknya tersangka sebagai
pelaku. Jika tersangka masih hidup pengujian dilakukan dengan membandingkan
DNA tersangka dengan DNA objek yang tertinggal di tempat kejadian, misalnya
rambut atau sperma. Cara ini dikenal sebagai sebagia sidik jari DNA (DNA
finger printing). Akan tetapi, jika tersangka mati dan tubuhnya hancur,
maka DNA dari bagian-bagian tubuh tersangka dicocokkan pola restruksinya
dengan DNA kedua orang tuanya atau saudara-saudaranya yang masih hidup.
5. Kemasyarakatan dan
kemanusiaan
Di negara-negara maju,
terutama di kota-kata besarnya, dewasa ini dapat dijumpai klinik konsultasi
genetik yang antara lain berperan dalm memberikan pelayanan konsultasi
perkawinan. Berdasarkan atas data sifat-sifat genetik, khususnya penyakit
genetik, pada kedua belah pihak yang akan menikah, dapat dijelaskan berbagai
kemungkinan penyakit genetik yang akan diderita oleh anak mereka, dan juga
besar kecilnya kemungkinan tersebut.
Contoh kontribusi pengetahuan
genetika di bidang kemanusiaan antara lain dapat di lihat pada gerakan yang
dinamakan eugenika, yaitu gerakan yang berupaya untuk
memperbaiki kualitas genetika manusia. Jadi, dengan gerakan ini sifat-sifat
positif manusia akan di kembangkan, sedangkan sifat-sifat negatifnya ditekan.
Di berbagai negara, terutama di negara-negara berkembang, gerakan eugenika
masih sering dianggap tabu. Selain itu, ada tantangan yang cukup besar bagi
keberhasilan gerakan ini karena pada kenyataannya orang yang tingkat
kecerdasannya tinggi dengan status sosial ekonomi yang tinggi pula biasanya
hanya mempunyai anak sedikit. Sebaliknya, orang dengan tingkat kecerdasan dan
status sosial-ekonomi rendah umumnya justru akan beranak banyak.
Untuk mengetahui lebih jelas perkembangan genetika, dapat
kita lihat pada kronologi berikut ini:Setelah penemuan ulang karya Mendel, genetika berkembang sangat pesat. Perkembangan genetika sering kali menjadi contoh klasik mengenai penggunaan metode ilmiah dalam ilmu pengetahuan atau sains. Berikut adalah tahapan-tahapan perkembangan genetika: 1859 Charles Darwin menerbitkan The Origin of Species, sebagai dasar variasi genetik.; 1865 Gregor Mendel menyerahkan naskah Percobaan mengenai Persilangan Tanaman; 1878 E. Strassburger memberikan penjelasan mengenai pembuahan berganda; 1900 Penemuan kembali hasil karya Mendel secara terpisah oleh Hugo de Vries (Belgia), Carl Correns (Jerman), dan Erich von Tschermak (Austro-Hungaria) ==> awal genetika klasik; 1903 Kromosom diketahui menjadi unit pewarisan genetik; 1905 Pakar biologi Inggris William Bateson mengkoinekan istilah 'genetika'; 1908 dan 1909 Peletakan dasar teori genetika populasi oleh Weinberg (dokter dari Jerman) dan secara terpisah oleh James W. Hardy (ahli matematika Inggris) ==> awal genetika populasi; 1910 Thomas Hunt Morgan menunjukkan bahwa gen-gen berada pada kromosom, menggunakan lalat buah (Drosophila melanogaster) ==> awal sitogenetika; 1913 Alfred Sturtevant membuat peta genetik pertama dari suatu kromosom; 1918 Ronald Fisher (ahli biostatistika dari Inggris) menerbitkan On the correlation between relatives on the supposition of Mendelian inheritance (secara bebas berarti "Keterkaitan antarkerabat berdasarkan pewarisan Mendel"), yang mengakhiri perseteruan antara teori biometri (Pearson dkk.) dan teori Mendel sekaligus mengawali sintesis keduanya ==> awal genetika kuantitatif; 1927 Perubahan fisik pada gen disebut mutasi; 1928 Frederick Griffith menemukan suatu molekul pembawa sifat yang dapat dipindahkan antarbakteri (konjugasi); 1931 Pindah silang menyebabkan terjadinya rekombinasi; 1941 Edward Lawrie Tatum and George Wells Beadle menunjukkan bahwa gen-gen menyandi protein, ==> awal dogma pokok genetika; 1944 Oswald Theodore Avery, Colin McLeod and Maclyn McCarty mengisolasi DNA sebagai bahan genetik (mereka menyebutnya prinsip transformasi); 1950 Erwin Chargaff menunjukkan adanya aturan umum yang berlaku untuk empat nukleotida pada asam nukleat, misalnya adenin cenderung sama banyak dengan timin; 1950 Barbara McClintock menemukan transposon pada jagung; 1952 Hershey dan Chase membuktikan kalau informasi genetik bakteriofag (dan semua organisme lain) adalah DNA; 1953 Teka-teki struktur DNA dijawab oleh James D. Watson dan Francis Crick berupa pilin ganda (double helix), berdasarkan gambar-gambar difraksi sinar X DNA dari Rosalind Franklin ==> awal genetika molekular; 1956 Jo Hin Tjio dan Albert Levan memastikan bahwa kromosom manusia berjumlah 46; 1958 Eksperimen Meselson-Stahl menunjukkan bahwa DNA digandakan (direplikasi) secara semikonservatif; 1961 Kode genetik tersusun secara triplet; 1964 Howard Temin menunjukkan dengan virusRNA bahwa dogma pokok dari tidak selalu berlaku; 1970 Enzim restriksi ditemukan pada bakteri Haemophilus influenzae, memungkinan dilakukannya pemotongan dan penyambungan DNA oleh peneliti (lihat juga RFLP) ==> awal bioteknologi modern; 1977 Sekuensing DNA pertama kali oleh Fred Sanger, Walter Gilbert, dan Allan Maxam yang bekerja secara terpisah. Tim Sanger berhasil melakukan sekuensing seluruh genom Bacteriofag Φ-X174;, suatu virus ==> awal genomika; 1983 Perbanyakan (amplifikasi) DNA dapat dilakukan dengan mudah setelah Kary Banks Mullis menemukan Reaksi Berantai Polymerase (PCR); 1985 Alec Jeffreys menemukan teknik sidik jari genetik. 1989 Sekuensing pertama kali terhadap gen manusia pengkode protein CFTR penyebab cystic fibrosis; 1989 Peletakan landasan statistika yang kuat bagi analisis lokus sifat kuantitatif (analisis QTL) ; 1995 Sekuensing genom Haemophilus influenzae, yang menjadi sekuensing genom pertama terhadap organisme yang hidup bebas; 1996 Sekuensing pertama terhadap eukariota: khamir Saccharomyces cerevisiae; 1998 Hasil sekuensing pertama terhadap eukariota multiselular, nematoda Caenorhabditis elegans, diumumkan; 2001 Draf awal urutan genom manusia dirilis bersamaan dengan mulainya Human Genome Project; 2003 Proyek Genom Manusia (Human Genome Project) menyelesaikan 99% pekerjaannya pada tanggal (14 April) dengan akurasi 99.99% CABANG-CABANG GENETIKA Genetika berkembang baik sebagai ilmu murni maupun ilmu terapan. Cabang-cabang ilmu ini terbentuk terutama sebagai akibat pendalaman terhadap suatu aspek tertentu dari objek kajiannya. Cabang-cabang murni genetika : • genetika molekular , • genetika sel (sitogenetika) , • genetika populasi , • genetika kuantitatif , • genetika perkembangan . Cabang-cabang terapan genetika : • genetika kedokteran , • ilmu pemuliaan , • rekayasa genetika atau rekayasa gen , • bioteknologi. MANFAAT MEMPELAJARI GENETIKA Manfaat dari mempelajari genetika adalah agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri atau setiap makluk yang berada di sekitar lingkungan kita. Manusia jarang digunakan sebagai objek atau barang percobaan genetis karena sulitnya mempelajari gen manusia, sehingga lebih mudah mempelajari hukum-hukumnya lewat sifat menurun yang terkandung dalam tubuh tumbuhan dan hewan sekitar. Ada beberapa kesukaran dalam mempelajari manusia sebagai obyek genetika, diantaranya: 1. Sulitnya mengumpulkan data karena jarang sekali orang yang mau diketahui memiliki cacat atau kelainan suatu karakter pada tubuhnya atau keluarganya. 2. Sulitnya menjajaki secara langsung sifat genetis yang dijumpai pada seseorang karena tidak dapat dipilih dan ditentukan dengan siapa orang (obyek penelitian) ter-sebut akan kawin. 3. Sulitnya mengamati pertumbuhan karakter yang sesuai dengan kemampuan atau harapan peneliti. Hal ini disebabkan pindahnya sang objek, kawin lagi dengan seseorang yang akan mengacaukan penyelidikan semula. 4. Sulitnya mendapatkan data statistik tentang sifat genetis yang sama dalam karakter yang diselidiki, hal ini dikarenakan data yang didapat dari perbandingan-perbandingan karakter tertentu sangat sedikit. Lain halnya dengan tanaman atau hewan renik yang dapat memiliki keturunan yang banyak. 5. Umur si peneliti lebih pendek dari pada umur obyek yang diteliti, karena daur hidup obyek yang diteliti lebih panjang dari daur hidup si peneliti. 6. Sulitnya mengatur dan mengontrol suasana lingkungan obyek yang diteliti sesuai dengan harapan peneliti. Referensi Anonim. 2010. Genetika. Http://id.wikipedia.org/wiki/genetika. Diakses tanggal 21 Maret 2012 Aminullah, Erman. 20009. Perkembangan Penerapan Bioteknologi dan Rekayasa Genetika Dalam Kesehatan. www.portalkable/files/cdk/html.diakses pada tanggal 21 Maret 2012.
Hamid, Huzaifah. 2009. Makalah Genetika
Dasar. Http: //zaifbio.wordpress.com/2009/06/12/makalah-genetika-dasar.
Diakses tanggal 25 Maret 2012
Joe, Indra. 2009. Ilmu Genetika.
http://indra-joe.blogspot./2009/04/30/ilmu-genetka.html. Diakses tanggal 25 Maret 2012
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar