II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Biopestisida
Biopestisida merupakan
tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk pestisida, baik secara langsung berfungsi sebagai
pestisida maupun harus diekstrak terlebih dahulu. Biopestisida dapat diartikan
sebagaimana semua bahan hayati, baik berupa tanaman, hewan, mikroba, atau
protozoa yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada
tanaman (Anonim, 2011).
Pestisida alami adalah suatu
pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam seperti tumbuhan. Pestisida
alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan
cepat Pestisida nabati bersifat ramah lingkungan karena bahan ini mudah terdegradasi
di alam, sehingga aman bagi manusia maupun lingkungan. Selain itu pestisida
nabati juga tidak akan mengakibatkan resurjensi maupun dampak samping lainnya,
justru dapat menyelamatkan musuh-musuh alami (Hanudin, 2010).
Biopestisida adalah pestisida yang
mengandung mikroorganisme seperti bakteri patogen, virus dan jamur. Pestisida
biologi yang saat ini banyak dipakai adalah jenis insektisida biologi
(mikroorganisme pengendali serangga) dan jenis fungisida biologi
(mikroorganisme pengendali jamur). Jenis-jenis lain seperti bakterisida,
nematisida dan herbisida biologi telah banyak diteliti, tetapi belum banyak
dipakai
(Anonim, 2010).
Pestisida alami adalah suatu
pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam seperti tumbuhan. Pestisida
alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan
cepat Pestisida nabati bersifat ramah lingkungan karena bahan ini mudah
terdegradasi di alam, sehingga aman bagi manusia maupun lingkungan. Selain itu
pestisida nabati juga tidak akan mengakibatkan resurjensi maupun dampak samping
lainnya, justru dapat menyelamatkan musuhmusuh alami (Untung, 1993).
Pestisida nabati merupakan produk
alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang
mempunyai kelompok metabolit sekunder atau senyawa bioaktif (Anonim, 1994).
Beberapa tanaman
telah diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau
menolak serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang
mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan
serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga (Supriyatin dan
Marwoto, 2000).
2.2. Sumber Biopestisida
Berdasarkan asalnya, biopestisida
dapat dibedakan menjadi dua yakni pestisida nabati dan pestisida hayati. Pestisida
nabati merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari tanaman baik dari daun,
buah, biji atau akar yang senyawa atau metabolit sekunder dan memiliki sifat
racun terhadap hama dan penyakit tertentu. Pestisida nabati pada umumnya
digunakan untuk mengendalikan hama (bersifat insektisidal) maupun penyakit
(bersifat bakterisidal) (Marwoto, 2000).
Pestisida nabati merupakan produk
alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang
mempunyai kelompok metabolit sekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa tanaman
telah diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau
menolak serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang
mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga,
sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga. Beberapa jenis tanaman yang mampu mengendalikan hama
seperti famili Meliaceae (nimba, Aglaia), famili Anonaceae (biji srikaya, biji
sirsak, biji buah nona) (Anonim,
1994).
Pestisida hayati merupakan formulasi yang mengandung
mikroba tertentu baik berupa jamur, bakteri, maupun virus yang bersifat
antagonis terhadap mikroba lainnya (penyebab penyakit tanaman) atau
menghasilkan senyawa tertentu yang bersifat racun baik bagi serangga ( hama )
maupun nematoda (penyebab penyakit tanaman). Formulasi Beuveria bassiana
(isolat Segunung) mampu mengendalikan hama kumbang moncong yang merupakan hama
utama anggrek dan serta mengendalikan kumbang mawar serta kutu daun pada tanaman
krisan
(Anonim, 1994).
2.3. Jenis-jenis Biopestisida
Jenis-jenis biopestisida, antara
lain :
1. Insektisida biologi (Bioinsektisida)
Berasal dari mikroba yang digunakan
sebagai insektisida. Mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada serangga
tidak dapat menimbulkan gangguan terhadap hewan-hewan lainnya maupun tumbuhan.
Jenis mikroba yang akan digunakan sebagai insektisida harus mempunyai sifat
yang spesifik artinya harus menyerang serangga yang menjadi sasaran dan tidak
pada jenis-jenis lainnya (Sastroutomo, 1992).
Pada saat ini hanya beberapa
insektisida biologi yang sudah digunakan dan diperdagangkan secara luas.
Mikroba patogen yang telah sukses dan berpotensi sebagai insektisida biologi
salah satunya adalah Bacillus
thuringiensis (Khetan, 2001).
Bacillus thuringiensis
var. kurstaki telah diproduksi
sebagai insektisida biologi dan diperdagangkan dalam berbagai nama seperti
Dipel, Sok-Bt, Thuricide, Certan dan Bactospeine. Bacillus thuringiensis var. Israelensis diperdagangkan
dengan nama Bactimos, BMC, Teknar dan Vektobak. Jenis insektisida ini efektif
untuk membasmi larva nyamuk dan lalat (Sastroutomo, 1992).
Jenis insektisida biologi yang
lainnya adalah yang berasal dari protozoa, Nosema
locustae, yang telah dikembangkan untuk membasmi belalang dan
jengkerik. Nama dagangnya ialah NOLOC, Hopper Stopper. Cacing yang pertama kali
didaftarkan sebagai insektisida ialah Neoplectana
carpocapsae, yang diperdagangkan dengan nama Spear, Saf-T-Shield.
Insektisida ini digunakan untuk membunuh semua bentuk rayap (Sastroutomo,
1992).
2. Herbisida biologi (Bioherbisida)
Termasuk dalam golongan herbisida
ini ialah pengendalian gulma dengan menggunakan penyakit yang ditimbulkan oleh
bakteri, jamur dan virus. Bioherbisida yang pertama kali digunakan ialah DeVine
yang berasal dari Phytophthora
palmivora yang digunakan untuk mengendalikan Morrenia odorata, gulma
pada tanaman jeruk. Bioherbisida yang kedua dengan menggunakan Colletotrichum gloeosporioides
yang diperdagangkan dengan nama Collego dan digunakan pada tanaman padi dan
kedelai di Amerika (Novizan,
2002).
3. Fungisida biologi (Biofungisida)
Biofungisida menyediakan alternatif
yang dipakai untuk mengendalikan penyakit jamur. Beberapa biofungisida yang
telah digunakan adalah spora Trichoderma
sp. digunakan untuk mengendalikan penyakit akar putih pada tanaman karet
dan layu fusarium pada cabai.Merek dagangnya ialah Saco P dan Biotri P
(Novizan, 2002).
Biofungisida lainnya menurut Novizan (2002),
yaitu Gliocladium
spesies G. roseum dan G. virens. Produk
komersialnya sudah dapat dijumpai di Indonesia dengan merek dagang Ganodium P
yang direkomendasikan untuk mengendalikan busuk akar pada cabai akibat serangan
jamur Sclerotium Rolfsii.
Bacillus
subtilis yang merupakan bakteri saprofit mampu
mengendalikan serangan jamur Fusarium
sp. pada tanaman tomat. Bakteri ini telah diproduksi secara masal
dengan merek dagang Emva dan Harmoni BS (Novizan,
2002).
2.4. Manfaat Biopestisida
Sesuai dengan namanya, biopestisida digunakan
untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman. Namun, manfaat biopestisida
berbagai macam sesuai dengan bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan utama
dalam pembuatan biopestisida yang diinginkan, seperti misalnya pestisida alami
dari ekstrak daun pepaya memiliki beberapa manfaat, antara lain: dapat
digunakan untuk mencegah hama seperti aphid, rayap, hama kecil, dan ulat bulu
serta berbagai jenis serangga (Anonim, 2011).
Penggunaannya memberikan banyak manfaat.
Selain efektif mengendalikan hama dan penyakit, ternyata terbukti dapat
meningkatkan hasil panen, Penggunaan Biopestisida pun umumnya lebih efektif
pada dosis rendah dan cepat terurai sehingga pemaparannya lebih rendah dan
terhindar dari masalah pencemaran. Lain hanya pestisida kimia yang sering kali
menimbulkan dampak residu. Selain dapat mencegah hama dan penyakit pada
tanaman, biopestisida juga dapat memberi manfaat pada lingkungan, sehingga
lingkungan dapat menjadi lebih sehat dengan adanya pemanfaatan lingkungan
secara maksimal tanpa bahan kimia (Anonim, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010. Meningkatnya Konsumsi
Makanan Organik (online) http://nelsonsimanjuntak.blogspot.com/2010/06/meningkatnya-konsumsi-makanan-organik.html?zx=635ed666bf91df23 diakses Sabtu, 16 April 2011 tepatnya pukul 19.00 WITA.
Anonim.2011. Biopestisida (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Biopestisida)
diakses pada Sabtu, 16 April 2011
Hanudin, E. Sutarya,
S. Mihardja, dan I. Sanusie. 2010. Mikroba
Antagonis sebagai Agen hayati Pengendali Penyakit Tanaman. Available at: http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr262044.pdf.
Accessed Jan. 26, 2011.
Untung.1992. Pestisida Alami. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
Sastrautomo. 1992. Pedoman Penerapan Agen Hayati Dalam Pengendalian OPT
Tanaman Sayuran. Direktorat
Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Direktorat Perlindungapn
Hortikultura. Jakarta. 49 hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar