Minggu, 14 April 2013

Laporan Reaksi Tanah



I. PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Penetapan reaksi tanah (power Hydrolik) tertentu yang terukur pada tanah ditentukan oleh seperangkat faktor kimia tertentu. Oleh karena itu, penentuan pH tanah adalah salah satu uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman. Reaksi tanah atau pH tanah menggambarkan status kimia tanah yang menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan. Bila konsentrasi ion H+ bertambah maka pH turun, sebaliknya bila konsentrasi ion H+ berkurang daan ion OH- bertambah, pH akan naik, status kimia tanah mempengaruhi proses biologi seperti pertumbuhan tanaman.
Reaksi tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinits tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H) dalam tanah. Nilai pH tanah sebenarnya dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah yang komplit sekali, yang diantaranya adalah kejenuhan basa, sifat isel dan macam kation yang diserap.
Reaksi tanah yang dapat dikategorikan menjadi tiga belas yaitu: masam, netral, dan basa. Tanah pertanian yang masam jauh lebih luas masalahnya dari pada tanah yang memiliki sifat alkalinitas. Tanah masam terjadi akibat tingkat pelapukan yang lanjut dan curah hujan yang tinggi serta akibat bahan induk yang masam pada tanah podsolik yang banyak terdapat di Indonesia, mempunyai aspek kesuburan keracunan ion-ion terutama keracunan H+.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu untuk mengetahui gambaran mengenai tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, maka diperlukan adanya pengetahuan tentang pH suatu tanah.
1.2     Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya praktikum reaksi tanah adalah untuk mengetahui tingkat pH yang terkandung pada lapisan tanah vertisol dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah.
Kegunaan dilaksanakannya praktikum pH tanah agar mahasiswa mengetahui cara mengukur pH tanah dan dapat dijadikan sebagai informasi apabila dilakukan penanganan lebih lanjut pada tanah tersebut apakah baik atau tidak untuk ditanami.












II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Reaksi Tanah
Reaksi tanah merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan reaksi asam atau basa dalam tanah. Sejumlah proses dalam tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah dan biokimia tanah yang berlansung spesifik. Reaksi tanah secara umum dinyatakan dengan pH tanah. Kemasaman tanah bersumber dari asam organik dan anorganik serta H+ dan Al3+ dapat tukar pada misel tanah. Sedangkan tanah alkalis dapat bersumber dari hasil hidroksil dari ion dapat tukar atau garam-garam alkalis seperti : Belerang dan sebagainya (Hakim dkk, 1986).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-,  mineral tanah, air hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah (Foth, 2005)
Reaksi tanah merupakan salah satu sifat kimia dari tanah yang mencakup berbagai unsur-unsur dan senyawa-senyawa kimia yang lengkap.  Reaksi tanah menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah dimana status kimia tanah merupakan suatu faktor yang mempengaruhi proses-proses biologis seperti pada pertumbuhan tanaman.  Reaksi atau pH yang ekstrim berarti menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat disebutkan proses biologis terganggu (Pairunan,dkk,1985).
Larutan tanah adalah air tanah yang mengandung ion-ion terlarut yang merupakan hara bagi tanaman.  Konsentrasi ion-ion terlalu sangat beragam dan tergantung pada jumlah ion yang terlarut dan jumlah bahan pelarut.  Pada musim kemarau atau kering dimana air banyak yang menguap, maka konsentrasi garam akan berubah drastis yang akan mempengaruhi pertumbuhan dari suatu tanaman (Hakim,dkk,1986).
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel (butir-butir koloid) dan macam katron yang komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap.  Semakin kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin rendah.  Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama (Pairunan,dkk,1985).

2.2. Tanah Sulfat Masam dan Permasalahannya
pH tanah adalah logaritma dari konsentrasi ion H+ di dalam tanah, hal ini dapat dilihat pada persamaan berikut: pH = - log (H+). Berdasarkan nilai pHnya, tanah mempunyai tiga sifat yaitu bersifat basa jika pHnya lebih besar dari 7 dan bersifat netral apabila pHnya antara 6-7 serta jika tanah memiliki pH di bawah 7 maka tanah akan dikatakan bersifat masam (Pairunan, dkk., 1985).
Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi tanah ini sangat menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik (Hakim, dkk, 1986).
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6.  Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Buckman N Brady, 1982).














III. BAHAN DAN METODE
3.1     Tempat dan Waktu
Praktikum reaksi tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah,  Fakultas Pertanian,  Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada hari Kamis 3 November 2011, pukul 15.30 WITA sampai selesai.
3.2     Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Reaksi Tanah adalah tempat roll film, gelas ukur, pH meter, dan timbangan.
 Bahan yang digunakan adalah sampel tanah Vertisol lapisan I dan air suling.
3.3     Prosedur Kerja
Metode Kalorimeter
Ä  1 gram contoh tanah halus dimasukkan ke dalam tabung reaksi atau roll film.
Ä  Menambahkan 3 ml air suling (rasio 1: 3), kocok selama 30 menit, kemudian diamkan selama 5 menit sampai bahan tanah mengendap dan bagian supernatan diatasnya.
Ä  Bagian supernatan dipindahkan ke tabung lain, kemudian celupkan kertas pH selama 1 menit.
Ä  Kemudian bandingkan dengan warna pH baku

Metode Elektrometris
Ä  10 gram tanah halus dimasukkan ke dalam tabung reaksi atau tempat roll film dan tambahkan air suling 10 ml (rasio 1 : 1)
Ä  Mengocok selama 30 menit dengan menggunakan mesin pengocok, kemudian diamkan selama 1 menit.
Ä  Mengukur dengan pH meter.
Ä  Jika diinginkan biasa dibuat perbandingan air dan tanah dengan perbandingan 1:2:3:4:5:7:10 dan melihat grafiknya.
Ä  Jika diinginkan pH KCl 1 N atau pH CaCl2 0,01 M maka air suling diganti dengan larutan tersebut.













IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada tanah sawah maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 6.Hasil Pengamatan Nilai pH Tanah Vertisol lapisan I
Campuran
pH
Kelas Keasaman
Lapisan I + air suling 3 ml
3,77
Masam
Lapisan I + air suling 10 ml
5,30
Masam
Sumber : Data Primer Diolah, 2011
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan dapat dilihat dari tabel bahwa nilai pH pada campuran tanah dengan air suling sebanyak 3 ml pada percobaan pertama adalah 3,77 dan campuran tanah dengan air suling sebanyak 10 ml pada percobaan kedua adalah 5,30. Hal ini menunjukan bahwa campuran tanah dengan air suling memiliki sifat masam. Hal tersebut didukung oleh Pairunan (1991) berpendapat bahwa tanah dikatakan masam jika pH-nya lebih kecil dari 7 dan dikatakan basa jika nilai pH-nya lebih besar dari 7. Sifat tersebut dipengaruhi oleh kandungan air di dalam tanah, sehingga kandungan basa dalam tanah tercuci dan mengakibatkan tanah tersebut menjadi masam.


Menurut Hadjowigeno (1987), tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah, sedangkan pH tanah yang terlalu alkalis atau mempunyai nilai pH yang tinggi dapat diturunkan dengan cara menambahkan belerang atau dengan cara pemupukan pada tanah.
Semakin banyaknya air semakin mempengaruhi pH tanah, hal itu dikarenakan dalam air terkandung ion H+ dan ion OH-. Dimana ion H+  menandakan kemasaman tanah dan ion OH- menandakan kebasaan suatu tanah. Adapun pengaruh air terhadap pH tanah adalah menentukan tingkat kemasaman dan kebasaan suatu tanah.














V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
§  Nilai pH pada campuran tanah dengan air suling < 6,00 bersifat masam.
§  Faktor-faktor yang mempegaruhi reaksi tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation yang terserap.
5.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikum Reaksi Tanah selanjutnya memakai jenis tanah dan jenis senyawa kimia yang berbeda agar dapat dilihat perbandingan hasilnya. Serta menggunakan alat pengukur pH sesuai dengan prosedur kerja.











DAFTAR PUSTAKA
Buckman N. C dan Brady C. B. 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara, Jakarta

Foth. H. D. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjahmada University Press,  Yogyakarta.

Hakim Nurhajati, M. Yusuf Nyakpa, A.M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M.
                  Amin Diha, Go Ban Hong, H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas, Lampung.

Hardjowigeno S,. 1992. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.

Pairunan,A.K.J.L.Nanere,Arifin.Solo,S.R.Samosir,Romadulus.Teingkaisari,J.R.
         Lalo Pua, Bachrul.Ibrahim,Hariadj.Asmadi. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur, Makassar.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar